Dalam dunia pemasaran, terdapat dua konsep marketing yang cukup populer yakni teknik soft selling dan hard selling. Kedua teknik tersebut memiliki pendekatan berbeda untuk mempromosikan produk maupun layanan. Penasaran bagaimana cara kerjanya? Langsung saja kita bahas secara detail dalam artikel ini.
Memahami Tentang Teknik Soft Selling dan Hard Selling
Penjualan merupakan salah satu aspek penting dalam sebuah bisnis. Mereka memainkan peran krusial untuk kesuksesan suatu perusahaan. Penjualan yang lancar turut memajukan operasional usaha. Begitu juga sebaliknya, apabila penjualan di perusahaan sulit, maka operasionalnya cenderung lambat atau bahkan terhenti.
Penjualan dalam hal ini tidak mengacu pada barang saja, namun juga layanan atau jasa yang tersedia. Di era modern seperti sekarang, para pengusaha mulai cerdas memilih metode penjualan. Salah satu caranya yaitu dengan menerapkan teknik soft selling dan hard selling. Supaya semakin jelas, silahkan simak perbedaan soft selling dan hard selling berikut ini.
Apa itu Soft Selling?
Soft selling adalah pendekatan pemasaran yang lebih lembut atau tidak terlalu agresif. Mereka fokus membangun hubungan dengan pelanggan, memahami kebutuhan dan keinginan, serta mencoba mempengaruhi secara tidak langsung. Beberapa ciri khas dari soft selling meliputi:
- Pendekatan yang Ramah
Teknik soft selling cenderung menghindari tekanan dan berusaha menciptakan hubungan positif dengan calon pelanggan. Hal ini dapat mencakup cara berbicara yang lebih santai dan ramah. Tidak langsung berbicara mengenai produk atau jasa.
- Fokus pada Sisi Edukasi
Soft selling sering melibatkan pendekatan pendidikan atau edukasi. Penjual berusaha memberikan informasi yang relevan dan bermanfaat kepada calon pelanggan. Sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat.
- Sosial dan Emosional
Ciri khas teknik soft selling yang cukup menonjol dari hard selling adalah memanfaatkan emosi dan hubungan sosial. Hal ini mencakup pembangunan trust atau koneksi dengan pelanggan, baik melalui media sosial maupun berinteraksi langsung. Tak jarang penjual akan mencoba mengidentifikasi masalah pribadi pelanggan, kemudian menawarkan solusi yang relevan.
Apa itu Hard Selling?
Berbeda dengan teknik soft selling, penjualan hard selling menekankan pendekatan pemasaran yang lebih agresif. Dalam teknik ini, penjual berusaha meyakinkan calon pelanggan untuk membeli produk atau layanan tanpa banyak lingkaran. Beberapa ciri khas hard selling meliputi:
- Tekanan Tinggi
Hard selling seringkali melibatkan tekanan tinggi untuk segera membeli. Bisa termasuk tawaran harga khusus yang berlaku hanya dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain merayu pelanggan secara langsung. Penjual dalam hard selling cenderung fokus pada penutupan penjualan dalam satu kali pertemuan atau komunikasi.
- Fokus pada Fitur
Pemasaran hard selling biasanya lebih fokus pada fitur dan keunggulan produk. Mereka cenderung tidak memperhatikan nilai jangka panjang yang akan pelanggan terima. Lain dengan teknik soft selling yang melibatkan koneksi untuk kepentingan jangka panjang.
- Ketidakpedulian Terhadap Koneksi Emosional
Pendekatan hard selling mungkin tidak memperhitungkan pembangunan hubungan emosional dengan pelanggan. Mengingat para penjual akan mementingkan tujuan utama mereka yakni penawaran produk atau layanan.
Kunci Sukses Menerapkan Teknik Soft Selling dan Hard Selling
Penjual yang memilih teknik soft selling harus memiliki pemahaman mendalam tentang produk atau layanan. Sehingga memungkinkan mereka untuk menjawab pertanyaan pelanggan dengan percaya diri dan mampu memberikan solusi terbaik.
Mendengarkan juga menjadi kunci dalam teknik soft selling. Penjual harus memberikan perhatian penuh pada kebutuhan dan keinginan setiap pelanggan. Karena hal tersebut akan membantu penjual dalam memberikan informasi produk yang lebih relevan.
Selain itu, memberikan testimonial, ulasan positif, atau studi kasus yang menggambarkan kepuasan pelanggan sebelumnya, dapat memperkuat keyakinan pelanggan baru. Bahkan secara tidak langsung membantu membangun ketertarikan emosional.
Sementara pada teknik hard selling, penjual sebaiknya membuat kesan bahwa pelanggan harus segera mengambil tindakan. Jika tidak, mereka akan kehilangan kesempatan yang berharga. Supaya penjualan terus meningkat, Anda bisa melibatkan penawaran khusus atau diskon untuk menciptakan insentif bagi pelanggan.
Kesimpulan
Sementara itu, teknik hard selling lebih fokus pada penutupan penjualan secepat mungkin. Keuntungan utamanya adalah mempercepat pencapaian target. Sehingga dapat menjadi metode efektif untuk produk atau layanan yang memang memerlukan keputusan dalam jangka waktu singkat.
Meski begitu, ada beberapa kerugian hard selling yang perlu Anda pertimbangkan. Pendekatan agresif ini bisa merusak hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Apalagi jika mereka merasa tertekan dengan penawaran. Selain itu, tidak semua produk atau layanan cocok untuk hardselling. Menggunakan metode ini secara keliru justru akan merugikan citra perusahaan.
Meski memiliki perbedaan signifikan, penting untuk menjadi catatan bahwa teknik soft selling dan hard selling tentu memerlukan waktu. Sebagai penjual Anda harus bersabar, mampu fleksibel, serta siap untuk mengikuti proses pembelian para pelanggan.